ELECTRONIC
BOOK
Disusun
oleh:
Amelia
Putri
X
Jasa Boga 4
Definisi ebook
Electronic book (ebook) atau disebut
buku elektronik dalam bahasa Indonesia adalah bentuk digital dari buku biasa
(tercetak) yang membutuhkan personal computers, mobile phones, atau alat khusus
untuk membacanya yang disebut ebook reader atau ebook devices(wikipedia). Ebook
adalah representasi elektronik dari sebuah buku yang biasanya diterbitkan dalam
bentuk tercetak namun kali ini berbentuk digital(Lee, 2004:50). Berdasarkan
definisi ini dapat kita simpulkan bahwa ebook memiliki dua sifat penting,
yaitu: pertama, ebook berbentuk digital. Kedua, ebook membutuhkan alat baca
khusus.
Sejarah ebook
Pada awalnya ebook digunakan terbatas
pada subjek dan pengguna tertentu saja. Cakupan subjek yang dibahas pada waktu
itu antara lain teknik manual untuk hardware, teknik manufaktur, dan subjek
lainnya. Sejumlah format ebook bermunculan, beberapa diantaranya didukung oleh
perusahaan software besar seperti Adobe’s PDF format dan yang lainnya didukung
oleh programer-programer independen dan open source. Biasanya, setiap ebook
reader memiliki format yang berbeda-beda pula, kebanyakan dari ebook reader
mengkhususkan satu format tertentu saja sesuai pangsa pasarnya. Pada waktu itu, para produsen ebook
mengalami masalah mengenai standar yang dipakai dalam pengemasan dan pemasaran
ebook sehingga ebook tumbuh di dalam “pasar bawah tanah”. Banyak penerbit
ebook yang mulai memasarkan produknya menggunakan public domain. Pada waktu
yang bersamaan, para penulis yang karyanya ditolak oleh penerbit menawarkan
karyanya secara online sehingga karyanya dikenal oleh orang lain. Katalog
buku-buku yang tidak resmi mulai bermunculan di website dan situs-situs yang
menyediakan ebook mulai menyebarluaskan informasi mengenai ebook kepada
masyarakat.
Pada
tahun 2008, model baru untuk pemasaran ebook mulai berkembang dan perangkat
keras untuk membaca ebook mulai diproduksi. Peran internet sangat besar dalam
perkembangan dan pendistribusian ebook. Sekarang kita tidak harus menggunakan
ebook reader untuk membaca ebook. Kita juga bisa membaca ebook dengan personal
computer dan bahkan dengan mobile phone. Hanya ada dua ebook reader yang
mendominasi pasar, yaitu Amazon’s Kindle dan Sony’s PRS-500. Di Jepang, pasar
ebook mengalami pertumbuhan yang baik selama tahun 2000 dan menembus angka 10
miliyar yen. Namun tidak semua penulis mendukung konsep ebook, contohnya JK
Rowling yang menyatakan tidak akan mengeluarkan versi elektronik untuk
karya-karyanya. Para ahli dari Plastic Logic, sebuah perusahaan teknologi layar
yang berbasis di Cambridge, Inggris, melaporkan sebuah teknik yang memungkinkan
pencetakan transistor polimer menjadi sebuah permukaan plastik yang fleksibel.
Teknik ini memungkinkan layar menjadi lentur, sehingga memberikan ebook
tambahan daya tahan.
Keuntungan
1. Teks dapat dicari secara
otomatis dan dirujuk silang menggunakan hyperlink.
2. Sebuah ebook reader dapat
berisi beberapa buku sehingga mudah dibawa kemana saja (lebih ringan dan kecil)
dibandingkan buku-buku yang sama dalam format tercetak. Ratusan atau
bahkan ribuan buku dapat disimpan pada perangkat yang sama.
3. Ebook memungkinkan
penyorotan dan penjelasan nonpermanent.
4. Ukuran font dan
font dapat disesuaikan.
5. Ebook memungkinkan gambar
animasi dan klip multimedia terpasang di dalamnya.
6. Memungkinkan penggunaan
warna yang lebih banyak dibandingkan warna dalam format tercetak.
7. Perangkat ebook memungkinkan
ebook dibaca dalam keadaan sedikit cahaya atau bahkan gelap total dengan
menggunakan back light.
8. Sebuah ebook
secara otomatis dapat terbuka di halaman
terakhir yang dibaca.
9. Lebih murah
10. Perangkat lunak
Teks-untuk-bicara dapat digunakan untuk melakukan konversi ebook ke buku-buku
audio secara otomatis.
11. Pemasok ebook tidak
membutuhkan ruangan yang besar dan tidak ada batasan pencetakan buku.
12. Lebih mudah
bagi penulis untuk menerbitkan sendiri ebook.
13. Ebook dapat digunakan
untuk meningkatkan penjualan versi buku yang tercetak (printbook).
14. Ebook tidak membutuhkan kertas, tinta,
dan sumber daya lain yang digunakan untuk menghasilkan buku-buku yang dicetak. Itu artinya kita dapat
mengurangi penebangan hutan untuk produksi kertas.
Kerugian
1. Sebagian kecil buku lebih
mudah dibawa dibandingkan ebook
2. Ebook reader lebih mudah
rusak apabila terjatuh dibandingkan dengan buku biasa.
3. Ebook membutuhkan perangkat
khusus (hardware dan software) untuk membacanya.
4. Ebook reader membutuhkan
tenaga listrik,. Jika menggunakan mobile phone, baterainya akan cepat habis.
5. Ebook tidak dapat digunakan
apabila terjadi kerusakan pada perangkatnya (hardware atau software)
6. Melihat layar
untuk waktu yang lama dapat menyebabkan mata kejang dan kadang-kadang sakit
kepala.
7. Ebook reader
lebih mungkin untuk dicuri dari pada kertas buku.
8. Sebagian besar
penerbit tidak memproduksi ebook mereka setara dengan buku yang dicetak (print book). Dalam kasus
lain, ebook diberikan
prioritas yang lebih rendah dari segi sumber daya penerbitan, sehingga dalam sebuah disparitas mutu
produk, tanggal rilis dan
sebagainya. Masalah ini tidak endemik untuk setiap penerbit, namun memiliki
efek pada kualitas keseluruhan ketersediaan barang dagangan.
9. Ebook dapat
dengan mudah di-hack melalui
penggunaan perangkat keras atau perangkat lunak modifikasi dan disebarkan
secara luas di Internet dan / atau ebook reader, tanpa persetujuan dari penulis atau
penerbit.
10. Jika perangkat ebook atau ebook reder dicuri,
hilang, rusak atau diperbaiki, semua ebook yang
tersimpan pada perangkat bisa hilang. Hal ini dapat dihindari dengan backup baik pada
perangkat lain atau penyedia ebook.
11. Hilangnya tactility
dan estetika jilid-buku. Juga hilangnya kemampuan untuk
dengan cepat melalui riffle halaman untuk mencari bagian tertentu.
12. Resolusi layar perangkat
pembaca (ebook readers/ebook devices) mungkin akan lebih rendah
daripada kertas yang sebenarnya, sehingga sulit untuk membaca ebook.
13. Dari perspektif
pembaca, kepemilikan konvensional, peraturan penggunaan, dan akses ke konten buku cacat dan
dibatasi oleh Manajemen Hak Digital.
14. Pemilik harus
membeli model yang berbeda untuk setiap format file ebook.
Perkembangan Industri Ebook di dunia
Sebelum berbicara lebih jauh tentang eBook, sebenarnya apa
pengertian dari eBook itu sendiri? Secara sederhana eBook dapat diartikan
sebagai buku elektronik atau buku digital. Buku elektronik adalah versi digital
yang umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang berisi teks atau gambar.
Biasanya dalam format teks polos,*pdf, *jpeg, *lit, dan *html.
Sejarah penemuan eBook, merupakan sebuah ketidak sengajaan
Michael S. Hart ketika ingin memuat deklarasi pendirian Amerika Serikat yang
dimuat lewat mesin teletype dan ingin memuatnya via email, ternyata tidak bisa.
Karena ingin menghindari tabrakan sistem akhirnya dia mendownload secara
individual. Dari sinilah cikal bakal proyek Gutenberg, yang kemudian berdiri
sendiri. Hingga tahun 1987, dia telah memuat 313 buku dalam penemuannya ini.
Kemudian, dengan bantuan teman-temannya terbentuklah eBook.[1]
Proyek perkembangan eBook yang berhasil seperti Proyek
Guttenberg, arXiv, dan The Million Book Project. Proyek Guttenberg merupakan
layanan buku digital terbesar dan tertua yang mendukung free eBook.
Ada lebih dari 25.000 buku digital dalam katalog onlinenya. (www.gutenberg.org). Sedangkan arXiv merupakan layanan buku digital
yang ada di Universitas Cornell. Memberi akses terbuka terhadap 368.128
referensi elektronik dalam bidang fisika, matematika, sains komputer, dan
biologi kuantitatif. Sedangkan The Million Book Project dikembangkan oleh Universal
Library, sebuah perpustakaan digital dengan dipelopori oleh Universitas Crnegie
Mellon di AS, Universitas Zheziang di China, Institute Sains di India, dan
perpustakaan Alexandria.
Jika ditelusuri lebih mendalam, ebook merupakan salah satu
teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi dalam bentuk
yang lebih ringkas dan dinamis. Ebook mampu mengintegrasikan suara, grafik,
gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disampaikan lebih kaya
dibandingkan dengan buku konvensional.
Berdasar jenisnya, ebook yang paling sederhana adalah yang
hanya sekedar memindahkan buku konvensional ke dalam bentuk elektronik. Kenapa
ebook menjadi lebih ringkas? Karena ratusan buku dapat disimpan dalam satu
keping cakra padat (compact disk) dengan kapasitas sekitar 700 MB, DVD
berkapasitas 4,7 sampai 8,5 GB, maupun Flashdisk (saat ini kapasitas yang
tersedia sampai dengan 32 GB). Sedangkan bentuk yang lebih kompleks misalnya
pada Microsoft Encarta dan Encyclopedia Britanica yang merupakan ensiklopedi
dalam format multimedia. Format multimedia memungkinkan eBook menyediakan tidak
saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie, dan unsur multimedia
lainnya.
Buku elektronik juga sebagai versi digital dari buku. Dengan buku elektronik, tidak perlu
lagi dibutuhkan kertas untuk menghasilkan bacaan. Oleh karenanya, perlu dibuat
aplikasi buku elektronik berbasis web yang mendukung konversi dokumen
*.doc menjadi *.pdf. Dengan aplikasi ini, pembaca dokumen dapat membaca
dengan efisien dan praktis.
eBook biasanya diterbitkan dengan salah satu cara dari dua
cara seperti: Pertama, buku yang telah dicetak pada kertas kemudian diubah
menjadi format eBook. Dengan semakin populernya eBook reader, maka semakin
banyak buku cetak yang juga diterbitkan dan dijual dalam format digital
(eBook). Kedua, eBook yang memang dibuat oleh individu untuk keperluan
pribadi maupun untuk tujuan komersial. Sejak pengguna internet berkembang
dengan pesat, maka banyak orang yang berbagi pengetahuan dengan menggunakan
eBook. Kelebihan utama dari eBook adalah kita bisa membaca pengetahuan dari
orang-orang yang tidak memiliki akses untuk menerbitkan pengetahuannya dalam
bentuk buku cetak.
eBook sendiri terdiri dari banyak format (ada lebih dari 25
format) tetapi yang populer diantaranya adalah : EPUB, PRC/Mobi (format
Mobipocket), AZW (format Amazon Kindle) dan tentu saja PDF (Portable Document
Format).
Membahas tentang eBook, tak terlepas dari perkembangan eBook
reader, keduanya saling berkaitan. eBook reader merupakan peralatan
elektronik yang digunakan untuk membaca eBook. Apa perbedaan eBook reader
dengan iPhone atau Laptop? eBook reader menggunakan teknologi khusus yang
disebut E-Ink. E-Ink atau E-Paper adalah nama yang digunakan untuk
mendeskripsikan bagaimana sistem kerja eBook reader. Teknologi ini mampu
mendisplay teks dan gambar secara bersamaan seperti halnya tampilan pada kertas
atau koran.
Apakah keberadaan ini menggeser perkembangan Buku
konvensional?
Terlalu dini memang, jika mengatakan posisi eBook telah
menggeser industri perbukuan di Indonesia. Sedangkan yang terjadi di AS menurut
data pada Association of American Publisher pada bulan Februari tahun 2011
total penjualan eBook mencapai US$ 90,3 juta. Kondisi ini menjadikan buku
digital sebagai format tunggal terbesar di AS untuk pertama kalinya, mengambil
alih buku bersampul yang hanya mencetak perjualam US$ 81,2 juta. Tidak hanya
itu, pasar eBook di Amerika mengalami pertumbuhan 202,3 persen dalam penjualan
Februari dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu (2010).
Di Indonesia saat ini, sumber buku elektronik yang legal
belumlah banyak, antara lain dirilis oleh Kementrian Pendidikan Nasional dengan
dibukanya Buku Sekolah Elektronik (BSE). BSE adalah buku elektronik legal dengan
lisensi terbuka yang meliputi buku teks mulai dari tingkatan dasar sampai
lanjut.[6]
Untuk mengetahui struktur pasar eBook di Indonesia memang
agak sulit, karena pasarnya sendiri masih dalam tahap awal perkembangan. Dari
sekian banyak pengguna eBook di Indonesia, lebih banyak menggunakan penyedia
layanan eBook dari luar diandingkan dengan yang tersedia di Indonesia.
Anyway,
eBook telah berhasil menjadi sarana alternatif bagi para penulis untuk bisa
membagi ilmunya. Tidak lagi terbatas dengan selera penerbit yang biasanya
berlandaskan hitung-hitungan untung rugi. Sehingga, eBook menciptakan counter hegemoni
atas pemilik modal (penerbit-penerbit besar).
Perkembangan eReader
eBook reader atau
eReader iadalah peralatan elektronik yang digunakan untuk membaca ebook.
Apa perbedaan ebook
reader dengan iPhone atau Laptop?
eBook reader
menggunakan teknologi khusus yang disebut E-Ink. E-Ink atau E-paper adalah nama
yang digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana system kerja ebook reader.
Teknologi ini mampu mendisplay teks dan gambar pada saat bersamaan seperti
halnya tampilan pada kertas atau Koran.
Teknologi ini
memiliki 3 kelebihan :
* Layarny terlihat
seperti kertas, tidak mengakibatkan silau di mata dan saat membaca layaknya
seperti membaca buku cetak biasa.
* Teknologi ini
memerlukan energi listrik saat membuka halaman saja. Bila anda sedang membaca
halaman tersebut atau tidak sedang memindah halaman maka alat ini tidak
mengkonsumsi energi listrik. Jadi alat ini sangat hemat energi. Sekali charge
baterai bisa bertahan selama berminggu-minggu.
* Kita bisa membaca
menggunakan ebook reader di tempat terang atau di bawah sinar matahari tanpa
silau sama sekali. Karena alat ini tidak memiliki backlight untuk menyalakan
monitornya seperti halnya computer.
Bagaimana Memilih eBook Reader?
Ketika anda ingin membeli ebook reader ada beberapa
hal yang perlu anda pertimbangkan. Display, Kompatibilitas, Daya tahan
Batterai, Ketersediaan ebook, garansi, ukuran ebook reader, wireless dan review
customer.
Merk eBook Reader yang Populer.
Sony PRS readers – Sony telah mengeluarkan beberapa
seri ebook reader yaitu has PRS-505 dan yang terbaru PRS-700. Sony eReader bisa
menjadi pilihan utama.
Amazon Kindle 2 – Setelah dirilis pada Februari 2009
Amazon telah berhasil menjual sebanyak 500,000 alat ini. eBook reader ini
adalah salah satu ereader yang sangat keren.
BeBook – Endless adalah perusahaan yang
memproduksi BeBook, memang tidak sebaik Sony atau Amazon, BeBook cukup impresif
dan relative lebih murah. Yang lebih baik dari BeBook bisa dibeli oleh orang
diluar USA.
Hanlin V3 – adalah ebook reader diproduksi oleh
Jinke perusahaan dari China. Memiliki fasilitas yang cukup lengkap termasuk
bisa sebagai player MP3.
Yang masih menjadi
masalah dari alat baca ebook ini adalah harganya yang masih relative mahal,
sekitar US$350. Tapi untuk beberapa tahun ke depan diharapkan harganya bisa
sekitar US$150.
Cara
Membuat e-book
·
Download
software PrimoPDF Setelah filenya terdownload, instal ke komputer. Akan muncul
formulir untuk mengisi pendaftaran email. Ini berguna jika menginginkan
informasi update dari si pembuat software. Jika tidak bisa melewatinya.
·
Persiapkanlah
file dalam format doc atau docx dalam Microsoft Word. Sebelumnya harus membuat
gambar sebagai cover ebook dan tempatkan di halaman awal. Bukalah file tersebut
lalu klik pada Office Button dan kemudian pilih Print. Pilihlah PrimoPDF
sebagai printer untuk mencetak dokumen anda.
·
Setelah
itu tekan OK pada software PrimoPDF versi terbaru akan ada tampilan Streamline
PromoPDF. Klik No jika tidak mengiginkanya.
·
Selanjutnya
lihat pada Document Properties, tekan Change untuk mengisi data yang
diperlukan. Di sana bisa mengisi Title (judul ebook), Author (nama pengarang),
Subject (Deskripsi ebook) dan Keyword (kata kunci untuk ebook ). Setelah data
terisi klik Ok.
·
Selanjutnya
lihat pada PDF Security. Klik pada Change. Di sana bisa menyeting apakah ebook
menggunakan password atau tidak. Jika ya centang pilihan Require a password to
open the document dan tuliskan passwordnya.
·
Jika
ingin mengunci dokumen ebook agar tidak bisa diedit orang lain, anda bisa
mencentang pilihan Require a password to change security settings and access
spesific functions, lalu tuliskan password di dalam kotak. Ingatlah password
ini jika sewaktu-waktu anda ingin mengedit dokumen ebook.
·
Diberi
pilihan apakah ebook bisa diprint atau tidak. Pilih None untuk mendisable. Lalu
bisa menentukan apakah ebook bisa dicopy atau tidak. Setelah itu tekan Ok.
Tekan lagi Create PDF. Bisa memberi nama file ebook dan pastikan bahwa memilih
save as type sebagai PDF file. Setelah itu tekan Save. Maka ebook jadi dalam
beberapa detik.
Sisi positif dan negatif perpustakaan digital
dan e-book
Sisi
positif:
Beberapa
keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun.
Pertama, long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun.
Kedua,
akses yang mudah. Akses pepustakaan digital lebih mudah dibanding dengan
perpustakaan konvensional, karena pengguna tidak perlu dipusingkan dengan
mencari di katalog dengan waktu yang lama.
Ketiga,
murah (cost efective). Perpustakan digital tidak memerlukan banyak biaya.
Mendigitalkan koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan membeli
buku.
Keempat, mencegah duplikasi dan plagiat. Perpustakaan digital lebih “aman”, sehingga tidak akan mudah untuh diplagiat. Bila penyimpanan koleksi perpustakaan menggunakan format PDF, koleksi perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna, tanpa bisa
mengeditnya.
Keempat, mencegah duplikasi dan plagiat. Perpustakaan digital lebih “aman”, sehingga tidak akan mudah untuh diplagiat. Bila penyimpanan koleksi perpustakaan menggunakan format PDF, koleksi perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna, tanpa bisa
mengeditnya.
Kelima,
publikasi karya secara global. Dengan adanya perpustakaan digital, karya-karya
dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet.
Sedangkan
sisi negatif:
Pertama, mahasiswa malas silaturahmi. Apa-apa serba digital.
Lihat jadwal kuliah malas ke kampus, tinggal buka laptop saja yang terhubung ke
sistem akademik online. Mau lihat nilai tidak perlu ke BAAK. Mau lihat materi
perkuliahan tinggal download. Mau
bertanya dan diskusi tinggal masuk ke electronic discussion forum di virtual-class. Semuanya seolah ada di ujung jari. Semua
dalam genggaman, Campus in your hand.
Ujung-ujungnya, pertemuan fisik berkurang. Ngobrol dari hati-hati dan face to face makin jarang. Semua terjebak di dunia
digital. Bisa jadi, mahasiswa lebih stress ketinggalan gadget daripada mangkir
kuliah.
Kedua, malas baca textbook. Setiap ada
tugas makalah atau presentasi, mahasiswa modalnya berselancar di dunia maya
sembari mengetikkan kata kunci di mesin pencari. Kutip sana, kutip sini. Masih
syukur sumber tulisannya disebutkan. Akhirnya belajar pun seolah cuma sepotong
sepotong saja, bahkan cukup belajar powerpoint dosen
yang hanya memuat poin-poinnya saja. Menyimak kulit-kulitnya saja. Memang
teknologi memudahkan, namun bisa meninabobokan juga. Semua yang serba online
belum tentu membuka pengetahuan. Dampaknya, perpustakaan pun sepi, kecuali
mencari jurnal atau buku yang memang tidak ada format e-journal atau e-book-nya.
Ketiga, malas menulis dengan tangan. Semua aktivitas
mengandalkan papan ketik. Semua tulisan sudah ada format digitalnya. Copas sana copas sini, jadilah makalah atau tugas. Mau
nulis catatan kuliah, tinggal nulis di notepad. Dunia
digital pun akhirnya membuat mahasiswa piawai mengetik, bukan menulis dengan
tangan. Jangan-jangan mahasiswa lupa bagaimana menulis dengan tangan secara
rapi dan indah. Mungkin ini berlebihan, tapi bukan mustahil terjadi.
Keempat, malas bergerak. Ngendon di
kamar saja bisa tahu semua informasi atau aktivitas di kampus. Belum mandi pun
bisa berdiskusi dengan dosen melalui virtual-class.
Bertemu teman sekelas cukup mengandalkan BBM-an atau chatt room di kelas maya sembari sarungan saja. Mobilitas pun berkurang. Kemampuan
motorik bisa terganggu. Bahkan jalan-jalan ke kampus sembari menikmati
lingkungan sekitar bisa semakin jarang. Semua duduk di depan monitor saja, atau
menunduk dengan gadget di tangan.
Kelima, malas bicara. Kemampuan komunikasi verbal pun bisa
terganggu gara-gara komunikasi serba digital. Mau bertanya, tinggal
mengetikkannya di diskusi elektronik yang tersedia di virtual class, atau minimal melalui fitur chat room atau grup milis. Bisa jadi kita
gagap bicara karena komunikasi verbal jarang digunakan. Dunia seolah hening,
namun pesan-pesan elektronik bersliweran di ruang-ruang maya di perguruan
tinggi. Bisa jadi, saat distance learning diterapkan,
ruang-ruang kuliah atau seminar pun kosong melompong.
DAFTAR PUSTAKA